KENALAN DENGAN BERBAGAI DRONE SEJUTA MANFAAT SEBAGAI PRODUK MATCHING FUND POLNEP

Image

by ully sartika 1 tahun yang lalu 1290 comments 1812 views

Pontianak, Ditjen Vokasi - Salah satu manfaat program Matching Fund (MF) adalah mendorong kolaborasi antara institusi pendidikan, penelitian, dan industri dalam pengembangan penelitian dan teknologi baru. Kolaborasi yang sudah terjalin tersebut tidak hanya memberikan manfaat untuk sivitas akademika institusi pendidikan terkait, tetapi juga berdampak positif kepada masyarakat. 

Bentuk inovasi yang menjadi bukti praktik baik dari Politeknik Negeri Pontianak (Polnep), Kalimantan Barat adalah berbagai varian drone. Terdapat berbagai drone yang dikembangkan oleh Polnep bersama mitra industri research and development PT Arah Teknologi Indonesia, yaitu drone ASRI dan pesawat tanpa awak Maps VTOL.

“Bagi mahasiswa, program Matching Fund ini bermanfaat sebagai sarana praktik berstandar industri. Selain itu, produk yang dihasilkan memiliki daya saing dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi sehingga bisa dimanfaatkan ke masyarakat,” jelas Direktur Polnep, Widodo.

Direktur Widodo mengungkapkan bahwa salah satu produk dari hasil program Matching Fund Polnep adalah drone. Drone tersebut saat ini pengembangannya sudah memiliki berbagai macam versi.

Selain membuat beberapa produk drone, capaian Program Matching Fund di Polnep sendiri dapat mengembangkan ekosistem kewirausahaan. Zulfikar selaku peneliti penerima Matching Fund sekaligus  Ketua Inkubator Bisnis Teknologi Polnep mengatakan bahwa Matching Fund yang dipercayakan kepada Polnep membantu dalam mengembangkan ekosistem kewirausahaan di perguruan tinggi vokasi.

Zulfikar menegaskan, “Tujuan utama dari program kami tidak hanya produk, tetapi juga terlihat terhadap ekosistem kewirausahaan di Politeknik Negeri Pontianak.”

Polnep mengajak mitra alumni dari PT Arah Teknologi Indonesia yang telah berhasil mengembangkan perusahaan rintisannya. Dengan begitu, mitra dapat berpartisipasi aktif di dalamnya dengan menginvestasikan kembali keuntungan dan pengalaman, baik sebagai investor atau mentor. Zulfikar pun sering menyebutnya sebagai ‘entrepreneurial recycling’ atau ‘giving back’.

Dengan demikian, pengembangan produk berbagai drone tersebut tidak terlepas dari inovasi yang dikembangkan oleh mitra industri dan juga mahasiswa sebagai pemeran utamanya. 


Lincahnya Drone ASRI dalam Penyemprotan Pupuk dan Anti Hama Otomatis

Drone ASRI merupakan akronim dari agriculture spraying robot Indonesia. Seperti namanya, drone varian ini dapat memudahkan para petani dalam pemupukan dan penyemprotan anti hama secara otomatis dan dalam waktu yang singkat. Hanya satu kali operasi di awal, drone bisa diterbangkan dan penyemprotannya mengikuti jalur yang sudah direncanakan secara otomatis.

Drone ASRI tersebut pada awalnya dibuat dalam kapasitas tangki 3 liter yang dapat memuat pupuk dan anti hama. Namun, kini sudah dikembangkan beragam versi, mulai dari 6 liter, 10 liter, bahkan 20 liter. 

“Drone ini berfungsi untuk menyemprot hama dan juga pemupukan. Dalam satu hektar bisa menyemprot dalam waktu 15 menit,” jelas Tony selaku Direktur PT Arah Teknologi Indonesia. 

Tentu saja penggunaan drone ASRI 40 kali lebih cepat dibandingkan para petani yang harus menyemprotkan secara konvensional. Para petani juga dapat menghemat 70% air dan 30% pestisida. Harga jasa untuk pemupukan dan penyemprotan menggunakan drone ASRI pun tergolong murah. Masyarakat hanya perlu mengocek kantong sebesar Rp250 ribu per hektar, berbeda dengan konvensional yang harga jasanya bisa Rp300-Rp500 ribu.

Drone ini mulai dikembangkan sejak tahun 2020 dan pengembangannya tahun 2022 melalui program Matching Fund.  Pada tahun 2022 juga, drone ASRI sudah didemokan di beberapa kecamatan di Pontianak, salah satunya adalah Kecamatan Sungai Kakap selama 6 bulan. Kecamatan yang mayoritas penduduknya adalah petani ini merasa terbantu dengan adanya drone ASRI ala Polnep.

Saat ini, dalam satu tahun sudah memproduksi belasan drone yang terjual ke beberapa perusahaan, seperti PT Syngenta Indonesia. Bahkan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Barat juga tertarik terhadap produk dan membelinya. Adapula SMK di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang membeli drone ASRI kapasitas 20 liter melalui vendor sebagai sarana praktik Jurusan Pertanian. Tony menyatakan bahwa drone ini sudah dijual secara nasional dan bukan hanya di Pontianak saja.

Sementara itu, pembuatan drone melibatkan mahasiswa lintas jurusan di Polnep. Dalam bidang pertanian, pembuatan drone ASRI sinkron dengan Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan (TPHP), untuk pemetaan berkolaborasi dengan siswa Jurusan Teknik Sipil dan Arsitek. Lalu untuk pembuatan desain dan perakitan dilakukan oleh mahasiswa Jurusan Teknik Elektro dan Teknik Mesin. 


Mudahkan Proses Pemetaan dengan MAPS VTOL Ala Polnep

Produk yang dikembangkan melalui program Matching Fund lainnya adalah Maps VTOL. Maps VTOL merupakan singkatan dari Mapping and Precision Surveying Vertical Take-off Landing yang merupakan pesawat fixed wing. Pesawat tanpa awak ini dapat lepas landas dan mendarat seperti helikopter dan terbang seperti pesawat pada umumnya untuk kebutuhan pemetaan dan pengukuran dengan tingkat presisi tinggi.

Sama dengan drone ASRI, pengoperasian Maps VTOL pun mudah digunakan. Hanya dengan pengaturan remot di awal, proses pemetaan dapat dilakukan secara otomatis. Maps VTOL juga dapat memetakan desa dengan luasan 3.000 ha dalam waktu satu hari.Dalam pengembangannya, drone Maps VTOL versi pertama (V1)  memiliki kemampuan terbang selama 40 menit, lalu disempurnakan dengan versi kedua (V2) dengan kemampuan terbang 80 menit. 

Proses pengembangan itu pun diikuti oleh mahasiswa dari Polnep. Salah satunya adalah Bagus, mahasiswa Jurusan Teknik Elektro semester 4. 

“Program Matching Fund ini membantu saya dan tim dalam melatih skills secara langsung, khususnya dalam pembuatan desain dasar dari pembuatan batang untuk baling-baling hingga ke bentuk drone,” cerita Bagus mengenai pengalamannya. 

Dengan jarak kontrol sebesar 15 KM, Maps VTOL ini tidak membutuhkan landasan pacu untuk take-off dan landing. Dengan begitu, dapat dioperasikan di mana saja dan secara otomatis. 

Riset untuk pembuatan Maps VTOL ini sudah dilakukan dari 2012 dan dilakukan pengembangan secara terus menerus. Sementara itu, dana untuk pengembangan Maps VTOL di tahap kedua inilah yang berasal dari program Matching Fund Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi. 

Tony mengungkapkan bahwa pembelian berbagai macam drone ini harus dilakukan training terlebih dahulu. Dengan begitu user atau pembeli dapat mengoperasikannya dengan optimal. Selain itu, proses training ini dapat mengurangi kerusakan pada drone dan juga human error.  Tony mengungkapkan bahwa pembelian berbagai macam drone ini harus dilakukan training terlebih dahulu. Dengan begitu user atau pembeli dapat mengoperasikannya dengan optimal. Selain itu, proses training ini dapat mengurangi kerusakan pada drone dan juga human error. (Zia/Cecep Somantri)

Sumber berita : https://vokasi.kemdikbud.go.id/read/b/kenalan-dengan-berbagai-drone-sejuta-manfaat-sebagai-produk-matching-fund-polnep

Tags: No Tags

1290 Comments


Leave a Comment

Recent Posts